Thursday 24 February 2011

KEBERSIHAN

Kebersihan ?

Seberapa pentingkah kebersihan dalam kehidupan manusia?
Sejarah mencatat bahwa manusia yang paling bersih yang pernah lahir di dunia adalah Rasulullah SAW. Tak diragukan lagi bahwa ia adalah sosok manusia paripiurna yang pernah dimiliki oleh jagat ini. Ia tidak hanya bersih secara zahir tetapi ia juga bersih hati nuraninya. Kebersihannya tak akan pernah tertandingi oleh manusia manapun dari sejak bumi ini diciptakan sampai akhir zaman. Secara zahir ia adalah manusia yang selalu tampak segar dalam setiap waktu dan keadaan. Ia senantiasa tampak mempesona bagi siapa pun yang melihatnya. Bahkan dalam riwayat dikatakan bahwa saking bersihnya keringatnya harum semerbak kasturi. Subhanallah, Maha suci Allah yang mengutus beliau.
Sebagai sosok yang ditauladani dalam segala hal, ia selalu tampil di depan memberikan contoh secara langsung. Ia adalah penganjur segala kebaikan sekaligus pelaku segala kebaikan itu sendiri. Salah satu wujud kecintaanya kepada kebersihan, ia selalu menjaga wudhunya sebagai implikasi dari pentingnya kebersihan. Bersih yang paling tinggi adalah bersuci dari segala hadats kecil dan besar. Sebagai penganjur kebersihan, ia tidak saja memerintahkannya melainkan ialah yang terlebih dahulu mengamalkannya. Ia berkata maka ia berbuat. Apa yang dikatakannya itulah laku dan perbuatannya. Ia menganjurkan ummatnya hidup bersih, maka ia menjadi tauladannya. Dalam islam, kebersihan adalah sebagian daripada iman. Ini merupakan anjuran Rasulullah SAW.
Perlu digarisbawahi bahwa secara social, kebersihan merupakan cerminan dari perilaku disiplin. Hidup bersih dalam konteks kehidupan manusia sebagai mahluk social memberi makna penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain. Hidup bersih menciptakan kenyamanan bagi diri sendiri. Suasana nyaman dan tenteram memberikan rasa gembira. Bukankah kebahagiaan itu telah menjadikan manusia menikmati kehidupannya? Suasana kebahagiaan seperti ini turut memberi andil yang amat penting bagi kesehatan manusia yang pada jangka panjangnya memperpanjang usianya.
Kaitannya dengan kehidupan sosial, kebersihan merupakan bentuk kepedulian sesama orang lain. Kehidupan yang bersih memberikan efek yang baik bagi lingkungan tidak saja terbatas pada manusia melainkan juga terhadap hewan dan tumbuhan di sekitar kita. Contoh, bila kita hidup bersih, tetangga senang untuk bertamu di rumah kita. Mereka tidak akan merasa jijik untuk duduk atau sekedar memakan hidangan ala kadarnya yang kita suguhkan. Bahkan banyak contoh yang dapat kita ambil dalam kehidupan manusia berkenaan dengan lingkungan sekitarnya. Demikian padi di sawah tidak akan tumbuh dengan baik atau tidak akan menghasilkan panen yang maksimal bila tidak disiangi atau dibersihkan sekitarnya. Pun halnya dengan kelapa sawit, ia tidak akan berbuah dengan teratur jika tidak dibersihkan di sekitar pohonnya atau atau pangkal pelepahnya. Inilah tamsilan hidup yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita manusia namun kebanyakan manusia lalai dari mengingat Allah. Demikianlah kehidupan yang bersih juga menciptakan silaturrahmi yang erat antar kehidupan bermasyarakat. Bukankah pernah Nabi SAW bersabda bahwa silaturrahmi memperpanjang usia?
Subhanallah, kehidupan yang bersih yang diperlihatkan dalam peradaban barat dewasa ini merupakan adopsi dari apa yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya seribu empat ratus tahun yang silam. Dahsyat bukan?
Mencermati apa yang dapat diperoleh dari kehidupan yang bersih, adalah suatu kenaifan bilamana kita tidak memiliki kepekaan terhadap kebersihan. Hidup bersih merefleksikan kehidupan yang penuh dengan kecintaan. Cinta terhadap kenyamanan adalah fitrah manusia. Cinta terhadap ketenteraman adalah juga fitrah manusia. Cinta kepada sesama juga adalah fitrah manusia. Adapun kealpaan dari kecintaan terhadap hal-hal tersebut adalah perilaku yang ditimbulkan oleh nafsu manusia yang tidak terkendali oleh HATI. Menghindari kehidupan yang bersih adalah penyimpangan terhadap kodratnya sebagai mahluk yang sempurna yang dibekali dengan akal, nafsu dan perasaan. Dapat dipertanyakan jika ada manusia yang tidak menyukai kebersihan. Bukankah akal manusia selalu mengkalkulasi sesuatu secara matematis. Bukankah perasaan manusia yang bersumber dari hati senantiasa merindukan kebersihan. Karena sesungguhnya hati manusia dibekali Nur Ilahia yang selalu mencari ketentraman. Hati manusia selalu jujur mengungkapkan apa yang dirasakannya. Refleksi kejujuran hati dapat terbaca lewat rona muka manusia. Gambaran senang atau sedih dan susah dapat secara kasat mata dilihat dari raut wajah seseorang. Subhanallah, maka nafsu harus dapat dikendalikan agar menjadi nafsu muthmainnah yang tunduk pada hati dan akal sehat. Bila ini dapat kita lakukan maka kehidupan yang bersih bukan lagi menjadi beban melainkan kenikmatan yang dirindukan. Wallahu a’lam.

Ruslin Tendri
SMKN 1 Galang
Tolitoli
Indonesia
PhD Student
Sussex University
Brighton
UK

Monday 5 July 2010

UJian Kecil dari Sang Khalik

Assalamu alaikum,

Sore yang indah di tengah hiruk pikuk metropolitan London, Green Street Plaistow, Eastham, saya baru saja menyelesaikan KHURUJ 3 hari di mesjid terdekat. Mesjid itu tepatnya berada di jalan Selwyn no 72/74 kawasan Upton Park. Sebenarnya ikhwan yang lain dalam group khuruj masih menunggu sampai esok pagi. Namun karena saya telah membooking ticket kereta api ke Brighton jam 08.06 sore itu, maka amir membolehkan saya untuk berangkat lebih awal. Saya malah belum sempat melaksanakan sholat ashar yang jadwalnya jam 07.30. Juga masih ada satu program silaturrahmi yang tersisa pada sore itu tepatnya jam 06.00. Batinku, tak apalah saya tidak ikut program terakhir, toh saya sudah menjalaninya selama tiga hari. Lagipula sudah musyawarah dengan amir rombongan. Sebelum jam 06.00 saya bergegas mengambil ransel dan sleeping bag dan lekas pamitan kepada semua ikhwan kecuali seorang ikhwan asal Somalia.

Dengan bismillahirrahmanirrahim, saya melangkahkan kaki keluar masjid didampingi amir jemaah bernama Bilal, mahasiswa program doktor bidang Computing and Science di Univ. of Sussex asal Pakistan. Seorang yang bersahaja namun sangat cerdas dan sangat taat kepada Allah. Sebelum melangkahkan kaki, saya mengucapkan salam kepadanya. Dibalasnya dengan manis salam saya. Namun ia berkata dengan penuh canda bahwa saya agak nakal karena nisab belum selesai sudah mau pulang. Sebuah persaudaraan yang penuh makna dan sarat kasih sayang karena Allah semata.

Saya menyusuri jalan menuju stasiun kereta api bawah tanah Upton Park. Sebelum ke stasiun, saya menyempatkan membeli minyak zaitun dan teh hijau buat saudaraku di Brighton, dan mampir ke cash machine di pojok pertokoan di Green Street. Sekedar info, jalan ini sangat ramai dibandingkan jalan-jalan lain di sekitarnya karena kiri kanan jalan dijejali dengan berbagai toko mulai dari toko makanan,daging halal, buah, tekstil, pakaian jadi, sampai alat elektronic. Dan khasnya lagi, pertokoan ini hampir semuanya dimiliki oleh orang-orang asia keturunan India, Pakistan, dan Bangladesh kecuali supermarket seperti Tesco dan Iceland. Juga sebagian besar pembelinya pun keturunan dari ketiga negara ini ditambah orang-orang Afrika dan sebagian kecil orang bule. Satu lagi yang menarik bahwa tepatnya disebelah kanan stasiun kereta api bawah tanah, ada sebuah open market layaknya kita di Indonesia, namun keadaanya jauh lebih bersih daripada kondisi pasar tradisional kita kebanyakan.

Setelah membeli keperluan, saya berjalan mengikuti petunjuk amir saya tentang letak Upton Park Underground Station. Namun firasat saya mengatakan bahwa saya salah arah, maka saya sempatkan bertanya. Ternyata memang benar bahwa saya menuju ke arah yang keliru. Setelah dapat informasi yang jelas dari seseorang, maka saya berjalan menuju ke stasiun. Dari jauh saya sudah melihat simbol stasiun underground. Sebelum masuk, saya sempat membaca bahwa pada hari itu service ditunda dan diberi alternatif untuk naik bus menuju Stratford, central underground pada zona ini. Namun, saya belum yakin sampai saya masuk ke bagian informasi untuk mendapatkan konfirmasi dari pengumuman tersebut.

Sejurus kemuadian, saya keluar dan menunggu bus sesuai dengan petunjuk petugas informasi . Kurang lebih sepuluh menit menunggu, saya naik bus bernomor yang kebetulan saya lupa. Keadaan bus penuh sesak sehingga banyak yang terpaksa harus berdiri demi mendapatkan kesempatan untuk berangkat. Agak mirip dengan metromini, namun keadaan busnya jauh lebih baik, mungkin kurang lebih dengan busway di Jakarta tetapi tak berAC. Berkali-kali berhenti menaikkan dan menurunkan penumpang membuat saya kurang sabar mengingat waktu. Tambahan lagi, saya belum familiar kearah mana bus ini menuju meskipun ada digital record setiap halte bus yang disinggahi dan tujuan akhir bus. Karena saya tidak punya gambaran, maka saya putuskan tuk bertanya dengan dengan supir. Akhirnya, saya mendapat jawaban yang jelas bahwa bila saya mau menunggu agak lama, maka bus tersebut juga menuju ke Stratford. Namun kalau mau lebih cepat, saya harus turun dan mengambil bis nomor 25 atau nomor 86.

Saya putuskan untuk turun, dan berjalan menyeberangi jalan utama menuju halte bus terdekat. Tak lama berselang, saya naik bus nomor 25. saking padatnya penumpang, saya hanya kebagian pas depan pintu keluar. Maka saya berdiri dengan sedikit berdesak-desakan. Setelah penghentian kedua, baru bergerak beberapa meter, seorang dibelakang saya (saya memakai jubah panjang full sunnah, Alhamdulillah) berkata bahwa dompet saya dicopet orang yang sempat dia lihat dan turun pada halte kedua tadi. Saya agak sedikit panic, namun segera saya dapat menguasai diri sambil terus mengingat Allah. Anehnya saya sama sekali tidak merasa takut atau gemetar, Alhamdulillahirrabbal aalamin. Dengan bantuan orang tadi yang kemudian memperkenalkan dirinya sebagai orang Somalia yang juga muslim, bus berhenti. Dan dengan sigapnya ia turun dan mengejar orang yang diduganya mengambil dompet saya ketika memasuki jalan kecil. Namun orang yang dikejar sesungguhnya tidak berlari melainkan hanya berjalan dengan cepat sebagaimana orang kebanyakan di negerinya ratu Elizabeth tersebut berjalan. Sekira tiga atau empat meter sebelum mencapai orang yang dimaksud, somali brother tadi terjatuh. Botol susu plastik yang ditentengnya sobek dan susunya semua tertumpah ke jalan dan lututnya pun berdarah. Saya merasa kasihan melihatnya, namun dia berkata tidak apa-apa. Orang yang dikejar malah berhenti dan bingung, tetapi kelihatan professional dan memiliki kemampuan beralibi. Namun somali brother tadi menunjuk bahwa dia yang mengambil dompet saya. Karena dia tidak bisa berkomunikasi bahasa Inggris dengan baik, maka orang yang dikejar dapat berkelit. Kemudian, mungkin karena takut dengan kerumunan belasan remaja tanggung yang saya dapat kenali dari wajah mereka adalah keturunan Somalia dan Pakistan, ia selanjutnya mempersilahkan menggeledah semua isi tasnya. Bahkan jaketnya pun rela dibukanya sampai-sampai seseorang menggeledah kaus kakinya. Terakhir, dia bersumpah dengan Wallahi yang berati dia seorang muslim, sehingga saya memutuskan tidak perlu lagi digeledah karena telah bersumpah dengan nama Allah. Walaupun somali brother bersikukuh bahwa orang tersebut yang mengmbilnya tidak ada bukti yang dapat dijadikan rujukan, saya pasrahkan kepada Allah. Biar Allah yang memutuskan apa yang sesungguhnya terjadi pada diri saya dan orang tersebut. Allah hanya hendak menguji hambaNya. Saya berdoa dalam hati semoga saya mendapatkan hikmah dari ujian Allah tersebut.

Ditempat kejadian ini yang kemudian saya ketahui bernama Manor Park, betapa banyak yang bersimpati kepada saya. Bahkan salah seorang diantara pemuda berkulit hitam dengan janggut tipis menawarkan bantuan berupa sejumlah uang. Tawaran tersebut saya tolak dengan halus, karena sesungguhnya saya meyakini pertolongan Allah lebih dekat dan lebih cepat bila Ia berkehendak. Saya memutuskan untuk kembali ke masjid Upton Park tempat saya i’tikaf tiga malam. Namun saya belum mendapatkan klue bagaiman saya harus pergi dan dengan angkutan apa. Alhamdulillah, di saku jubah saya masih ada satu pound yang tersisa dan entah berapa debet pada kartu Oyster (sebuah kartu yang berisi voucher perjalanan di kota London baik bus maupun kereta api atau underground). Tapi sekali lagi saya tersenyum dengan kejadian kecil ini yang saya yakini tidak ada bandingannya dengan Sakratul Maut yang datang menjemput seorang hamba.

Untuk mendapakan informasi menuju ke masjid upton park, saya dibantu oleh seorang remaja tanggung berketurunan somalia sekira berusia 13 atau 14 kurang lebih usia putraku yang pertama dengan tulisan bus yang saya harus naiki dan di mana saya harus turun. Kebetulan, Upton Park harus dijangkau dengan 2 kali ganti bus. Sekali lagi Alhamdulillah. Kemudian saya juga mencoba mengontak teman saya untuk mendapatkan informasi. Bahkan ia juga menawarkan bantuan jika sekiranya tidak ada pilihan lain. Betapa Allah Maha Pengasih sehingga menggerakkan hati-hati manusia untuk memberikan bantuan atas namaNya. Maha Suci lagi Maha Sempurna Engkau ya Allah, Rabbku dan semesta alam.

Bermodalkan pertolongan Allah melalui secarik kertas dari tangan seorang bocah yang tulus hati, saya sampai kembali ke Upton Park train station. Selanjutnya saya berjalan menuju ke masjid Upton Park yang kira-kira 350 meter dari stasiun. Setiba di masjid, bayan ba’da ashar sementara berlangsung. Saya bergegas mengmbil air wudhu dan menunaikan shalat ashar. Alhamdulillah, saya berkumpul kembali bersama teman-teman jemaah yang lain. Namun mereka sangat heran kenapa saya kembali. Selanjutnya saya ceritakan ihwal kejadian itu. Dan semuanya memberikan nasehat bahwa ini hanya ujian kecil dari Allah SWT. Malam itu juga saya kembali ke Brighton (kota tempat saya tinggal berjarak kurang lebih 50 atau 60 mil dari London) dengan menumpang mobil ikhwan yang sama-sama khuruj yang juga kebetulan sudah mau pulang.

Hikmah dari peristiwa ini bagi saya adalah bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa izin dan kehendak Allah, maka kembalikan kepada Allah SWT agar semua persoalan dapat terselesaikan. Dengan peristiwa ini, saya dapat mengambil pelajaran tentang pentingnya berhat-hati dan selalu mawas diri dalam segala situasi, kondisi, dan keadaan. Secanggih apapun sebuah system yang dibuat oleh manusia (seperti camera CCTV yang ada di bus) tetap mengandung banyak kelemahan dan tak dapat diperbandingkan dengan sistem yang dibuat oleh Allah SWT. Ternyata di kota metropolitan seperti London pun masih ada manusia berhati mutiara yang selalu siap membela kebenaran dan berempati kepada yang tertindas. Sebuah keniscayaan yang ditunjukkan oleh Allah SWT kepada siapa yang ia kehendaki. Yang terakhir, bahwa sunnah Rasulullah SAW tentang anjuran bepergian dengan paling tidak berdua (jamaah) adalah sesuatu yang sangat penting untuk dipraktekkan terlebih dewasa ini.

Alhamdulillah, setiap peristiwa dalam hidup adalah peringatan dari Allah SWT.

Sunday 11 April 2010

Cheating in Islamic Perspective

Cheating in Islamic Perspective

Being anxious to take examination is naturally sensible. However, if such anxiety causes someone to do cheating, then it is becoming nonsense.

What is cheating?

Cheating in general is understood as taking a particular note/notes to get it copied when the exam is being taken. It is also defined as copying other's without any permission. this is called as CHEATING. The act of cheating is merely done by weak person especially in his faith. He might forget that Allah keeps watching him in any circumstance.

When a student intends to do cheating, he is trying his best to get escaped from the watch of anyone in the exam room. The cheating action starts when he feels that it is safe enough for him to get his notes out of his pocket or his purse. Nevertheless, his state of pretending is no doubt causing him almost breathless.
This action was indeed similar to what The Holy Prophet SAW used to say to the nearest meaning that:

الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ

'righteousness is goodness of behavior, while sin is a thing that makes you anxious and you don't like if anyone else knows' (HR. MUSLIM, 4633).

Is cheating meaningless?

If only we accept this opinion saying that cheating is something hollow and therefore assume it as tiny sin, then it is good to ponder the beauty of Ibnul Mu’taz:

خلِّ الذُّنوبَ صَغِيرَها وكَبِيرَها فَهْوَ التُّقَى
واصْنَعْ كماشٍ فَوْقَ أَرْ ضِ الشَّوْكِ يَحْذَرُ ما يَرَى
لا تَحْقِرَنَّ صغيرةً إنَّ الجِبَالَ مِنَ الحَصَى

“Leave sinful action either it is tiny or major, then it is righteous… Be a person walking on the ground where it is full of thorns, certainly he will be very careful of what he could see… never ever undermine tiny sins, for even a mountain consists of pebbles “

However, if we pay closely attention the issue of cheating, indeed in Islam cheating is horrible and absolutely a fundamental subject matter. Rasulullah SAW (peace and blessing be always upon him) in his ahadits once warned us as his ummah to the nearest meaning that:

مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا

“Whosoever does cheating, he is not from us” (HR Muslim, No. 146).

Once Abu Bakar RA. (peace be upon him), the greatest companion of the Holy Prophet SAW said:
كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ أَوْ قَوْلُ الزُّورِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ

Once upon a time we are beside the Holy Prophet of Allah SAW, the He said, Should I inform you major sins which are the prime sins? He repeats this question up to three times. “Associate Allah with any partner, disobeys parents, and swears other than Allah or telling lie” In that time, he lied down and then he sat. He repeated his words again and again until we said if only he was silent. (HR Muslim No 126).

It could be said that the act of cheating is one of the deceptive witnessing. Basically, a cheater is a person who is not able to answer the questions in the examination. Isn’t it a good result achieved through deception? That means the grades written in the transcript are therefore a deceptive achievement. Indeed he has made a deceptive witness to anyone that comes across to read his grade transcript!


Written by
Ust. Muhammad Abduh Tausikal

Translated by
Muhammad Ruslin
Member of Muslim Community
Brighton
UK

Saturday 3 April 2010

Spring is just starting

Spring is just starting

Subhanallah, I seek refuge to Almighty Allah from Evil.
Just a couple of days, spring starts. The temprature, though remains unpredictable, is much warmer than in winter time. Any type of flowers are starting to blossom. Those flowers are extremely colourful which beautify gardens and parks here and there in Brighton and Hove. Some of them are yellow, some are pinks, purple, whites, and reds. These marvelous flowers spread fresh free-fragrance to each and every passer by. The trees start to grow their leaves. Some of them starts to blossom before their leaves grow. The rests just begin to grow its green peak. Such a great blessing of the Almighty Allah which people in general ignore to understand.

Allah says in Qur'an Al karim: ' verily, in the creation of the heavens and the earth, and in the alternation of night and day, there is a sign for th people of understanding'. When the spring comes, it is one of the bounties of Allah SWT to the mankind. The temprature goes down to the degree which is friendly and lovely to human being. This is also a special bounty of the Almighty Allah. If in winter time, people need to warm themselves up by switching heating system on at homes or when they want to go out, they need to cover all their bodies with proper jacket,socks, and gloves, spring gives them ease from taking care of this sort of stuffs. Again how kindful Allah is. So much and uncountable ever bounties have been provided by the Almighty Allah to mankind however they are ignorant to Allah as their ONE LORD.

A lot of people acknowledge the beauty of the spring, the beauty of the mild weather in spring, the beauty of the gardens and parks during this season with marvelous flowers they grow so much so that they come out with their beloved partners, family members, friends or colleagues just to enjoy how this grace is specially gifted to them. Astaghfirullahaladzhim, they go out with fitnah. Mini skirts, shorts, tightpants, lower V-blouse are starting everywhere as far as our eyes can see as Muslim. When you low your gazes, you will see white legs and butts, Naudzubillahi min dzalik.If you raise your gazes, you will find your eyes full of unlawful scenes.Summa naudzu billahi min dzalik. Then I come to contemplate how worst this civilization is about. I question to myself. Have they ever pondered from Whom this beauty comes from? What is the purpose of the almighty Allah to alternate seasons during the year? Have they ever come across to think of the reason why the Almighty Allah change the state of weather, temperature, humidity, until the state of trees from green to yellow then fall and again green, and of course the state of themselves as human beings?

If only people ever know the messages sent down by Allah through these alternations, then they will find the answers to their Lord, the Lord of the mankind, Allah Subhana huwa taala. They will find themselves helpless before Allah SWT. The people will find themselves full of fears to Allah the only Entity to Fear of. They will never think of trangressing the commandment of Allah, the Almighty. They will absolutely submit themselves to the wishes of Allah SWT intead of their delusive wishes since they will come to understand that all things in these wolrdly lives which we can perceive by our senses are delusions. To be honest, these are all potential in each and every second of this life getting us away from the way of Allah, from the way which Allah promises the ultimate triumph of mankind in this world and hereafter.

wallahu a'lam,

Ruslin
Member of Muslim Community
Brighton and Hove
East Sussex
England

Bepakaian tapi telanjang?

Muhammad Abduh Tuasikal

Belajar Islam - Muslimah
Saat ini sangat berbeda dengan beberapa tahun silam. Sekarang para wanita sudah banyak yang mulai membuka aurat. Bukan hanya kepala yang dibuka atau telapak kaki, yang di mana kedua bagian ini wajib ditutupi. Namun, sekarang ini sudah banyak yang berani membuka paha dengan memakai celana atau rok setinggi betis. Ya Allah, kepada Engkaulah kami mengadu, melihat kondisi zaman yang semakin rusak ini. Kami tidak tahu beberapa tahun mendatang, mungkin kondisinya akan semakin parah dan lebih parah dari saat ini. Mungkin beberapa tahun lagi, berpakaian ala barat yang transparan dan sangat memamerkan aurat akan menjadi budaya kaum muslimin. Semoga Allah melindungi keluarga kita dan generasi kaum muslimin dari musibah ini.
Tanda Benarnya Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)

Hadits ini merupakan tanda mukjizat kenabian. Kedua golongan ini sudah ada di zaman kita saat ini. Hadits ini sangat mencela dua golongan semacam ini. Kerusakan seperti ini tidak muncul di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena sucinya zaman beliau, namun kerusakan ini baru terjadi setelah masa beliau hidup (Lihat Syarh Muslim, 9/240 dan Faidul Qodir, 4/275). Wahai Rabbku. Dan zaman ini lebih nyata lagi terjadi dan kerusakannya lebih parah.

Saudariku, pahamilah makna ‘kasiyatun ‘ariyatun’

An Nawawi dalam Syarh Muslim ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan bahwa ada beberapa makna kasiyatun ‘ariyatun.

Makna pertama: wanita yang mendapat nikmat Allah, namun enggan bersyukur kepada-Nya.

Makna kedua: wanita yang mengenakan pakaian, namun kosong dari amalan kebaikan dan tidak mau mengutamakan akhiratnya serta enggan melakukan ketaatan kepada Allah.

Makna ketiga: wanita yang menyingkap sebagian anggota tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksud wanita yang berpakaian tetapi telanjang.

Makna keempat: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)

Pengertian yang disampaikan An Nawawi di atas, ada yang bermakna konkrit dan ada yang bermakna maknawi (abstrak). Begitu pula dijelaskan oleh ulama lainnya sebagai berikut.
Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah mengatakan, “Makna kasiyatun ‘ariyatun adalah para wanita yang memakai pakaian yang tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya, pakaian tersebut belum menutupi (anggota tubuh yang wajib ditutupi dengan sempurna). Mereka memang berpakaian, namun pada hakikatnya mereka telanjang.” (Jilbab Al Mar’ah Muslimah, 125-126)

Al Munawi dalam Faidul Qodir mengatakan mengenai makna kasiyatun ‘ariyatun, “Senyatanya memang wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya dia telanjang. Karena wanita tersebut mengenakan pakaian yang tipis sehingga dapat menampakkan kulitnya. Makna lainnya adalah dia menampakkan perhiasannya, namun tidak mau mengenakan pakaian takwa. Makna lainnya adalah dia mendapatkan nikmat, namun enggan untuk bersyukur pada Allah. Makna lainnya lagi adalah dia berpakaian, namun kosong dari amalan kebaikan. Makna lainnya lagi adalah dia menutup sebagian badannya, namun dia membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutupi) untuk menampakkan keindahan dirinya.” (Faidul Qodir, 4/275)

Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibnul Jauziy. Beliau mengatakan bahwa makna kasiyatun ‘ariyatun ada tiga makna.

Pertama: wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita seperti ini memang memakai jilbab, namun sebenarnya dia telanjang.

Kedua: wanita yang membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutup). Wanita ini sebenarnya telanjang.

Ketiga: wanita yang mendapatkan nikmat Allah, namun kosong dari syukur kepada-Nya. (Kasyful Musykil min Haditsi Ash Shohihain, 1/1031)

Kesimpulannya adalah kasiyatun ‘ariyat dapat kita maknakan: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya dan wanita yang membuka sebagian aurat yang wajib dia tutup.

Tidakkah Engkau Takut dengan Ancaman Ini

Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memakaian pakaian tetapi sebenarnya telanjang, dikatakan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.”
Perhatikanlah saudariku, ancaman ini bukanlah ancaman biasa. Perkara ini bukan perkara sepele. Dosanya bukan hanya dosa kecil. Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Wanita seperti ini dikatakan tidak akan masuk surga dan bau surga saja tidak akan dicium. Tidakkah kita takut dengan ancaman seperti ini?

An Nawawi rahimahullah menjelaskan maksud sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘wanita tersebut tidak akan masuk surga’. Inti dari penjelasan beliau rahimahullah:
Jika wanita tersebut menghalalkan perbuatan ini yang sebenarnya haram dan dia pun sudah mengetahui keharaman hal ini, namun masih menganggap halal untuk membuka anggota tubuhnya yang wajib ditutup (atau menghalalkan memakai pakaian yang tipis), maka wanita seperti ini kafir, kekal dalam neraka dan dia tidak akan masuk surga selamanya.
Dapat kita maknakan juga bahwa wanita seperti ini tidak akan masuk surga untuk pertama kalinya. Jika memang dia ahlu tauhid, dia nantinya juga akan masuk surga. Wallahu Ta’ala a’lam. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)

Jika ancaman ini telah jelas, lalu kenapa sebagian wanita masih membuka auratnya di khalayak ramai dengan memakai rok hanya setinggi betis? Kenapa mereka begitu senangnya memamerkan paha di depan orang lain? Kenapa mereka masih senang memperlihatkan rambut yang wajib ditutupi? Kenapa mereka masih menampakkan telapak kaki yang juga harus ditutupi? Kenapa pula masih memperlihatkan leher?!

Sadarlah, wahai saudariku! Bangkitlah dari kemalasanmu! Taatilah Allah dan Rasul-Nya! Mulailah dari sekarang untuk merubah diri menjadi yang lebih baik ....

Baca artikel selanjutnya "Syarat-syarat Pakaian Muslimah yang Sempurna"

***

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel http://rumaysho.com

Monday 29 March 2010

Learning Arabic? Is it important?

Learning Arabic? Is it important?

Allah says in the holy Qur’an to the nearest meaning that “ And Allah has made Alqur’an easy for us to learn”. Look, what does it mean to us as the believers? Do you think Allah was just joking to us by saying this? The answer is NO. Allah SWT is indeed seriously wanting us to learn Qur’an properly. To learn Qur’an means to understand how to recite and to get insight of it. In what way? It is absolutely required to understand Arabic as a medium to reach that END. Getting to know Qur’an literally and comprehensively is demanding.
Just to refresh our mind as true believers, the Holy Prophet Muhammad (peace and blessing be always be upon him) once said in ahadits to the nearest meaning: ‘the best amongst you is those who learns Qur’an and teaches it’. The implication is that responsibility of each of Muslim is to learn in order to be able to teach Qur’an. In a broad sense, it is the right of Qur’an towards the believers to learn and to propagate It in any circumstance and to anyone. But it is the first priority to believers since this call was first addressed to the believers at the time of companions.
Today, majority of the people who indentify themselves as MOSLEM value English excessively higher than any language especially comparable to Arabic. This is the fact as a renowned preacher in England and Europe, Sheik Muhammad Al Jaihany once in the noble gathering said that nowadays many people were dying of English. He appointed that most Saudian or Middle East youngsters were exceptionally proud of being able to speak English rather than being Arabic speakers. He made an example how an eminent Islamic scholar in Saudi Arabia was very proud of sending his son to England to study. This is just one case. A lot more cases here and there in the Muslim world prove this awfully sadly news. May Allah safeguard us from such an irritable thought. What about us as azzam or non-Arab speaker? It is more or less similar. We feel inferior and therefore we put ourselves as second-grade when we learn Arabic rather than English. This is absolutely naïf. How can Islam as a solely TRUE civilization develop if such inferiority remains in the heart of the MOSLEM? How can we win over western civilization if we value our civilization lesser than theirs? A lot more such questions need to answer in actions.
This lesson demands us as Muslim to ponder the importance of Arabic over the other languages in the world. The value will come to us if we try our best to get rid of our worldly perspectives about Qur’an and Arabic. Our motivation should start with full conviction of the promise of Allah, the Most merciful and the Most benevolence. Allah never denies His promise. Our conviction should be built on the fullest sincerity for The Almighty Allah’s sake, and then the door of understanding will gradually be opened. Why not open at once? One might ask this silly question. Again, Almighty Allah knows best that his creation called human being is extremely weak. Therefore, the door of understanding especially for Holy Qur’an is opened step by step according to level of sacrifice of a person. To which level of understanding can he or she reach depends wholly and solely to Allah. But Allah SWT is not blind.
I do believe that the only way to reach a comprehensive understanding of Qur’an is to learn Arabic in the first place. Then learn other requisite components of Arabic for Quranic texts. Never say too old to start to learn Arabic.

Ruslin Tendri
SMK Galang Tolitoli

Tuesday 16 March 2010

Should I use native language to teach language?

After having observed many, many, many ESL and EFL classes, I can tell you that a lot of the best classes I've seen have been done where the teacher uses their native language.

The key, for me, is "Can the students understand?" We say this a lot in our presentations: "Children don't tune out because they are bored, they tune out because they don't understand." (Apapted from the book "The tipping point"). This is one of the reasons we believe in starting super simple, and building up. When children don't understand, they will lose interest, lose confidence, and tune out.

One of our other main beliefs, though, is that to learn the language students need LOTS of input. They need to hear a LOT of English.

So...

My feeling is that you need to make sure to spend time preparing your lesson and thinking about how you are going to introduce the activities, the English for that day, the songs, etc. Figure out the simplest way to communicate your directions in English (with the help of gestures, drawings, etc.). Make the effort to use English as much as possible and really plan what you are going to say and how you are going to say it. (You may want to videotape some of your lessons and watch them to see if the English you are using is appropriate for each class's level).

However, don't feel as if everything HAS to be in English. If you've tried in English but you see students aren't understanding and you can't get think of another way to express the idea, don't hesitate to use your native language. It's really important that students not get lost, not get frustrated by their lack of comprehension.

If you have a great language learning game or activity that would take 5-10 minutes to explain in English, but 1 minute to explain in Russian, explain it in Russian. It is better for the students to have that time practicing English than it is for them to struggle to understand the directions in English.

All in all, make the effort, with planning and analysis of your lessons, to use English as much as possible. But don't feel bad about using your native language to make sure children understand, especially when it comes to things that are really crucial such as rules.

That's my view...anyone else?

Devon