Thursday 24 February 2011

KEBERSIHAN

Kebersihan ?

Seberapa pentingkah kebersihan dalam kehidupan manusia?
Sejarah mencatat bahwa manusia yang paling bersih yang pernah lahir di dunia adalah Rasulullah SAW. Tak diragukan lagi bahwa ia adalah sosok manusia paripiurna yang pernah dimiliki oleh jagat ini. Ia tidak hanya bersih secara zahir tetapi ia juga bersih hati nuraninya. Kebersihannya tak akan pernah tertandingi oleh manusia manapun dari sejak bumi ini diciptakan sampai akhir zaman. Secara zahir ia adalah manusia yang selalu tampak segar dalam setiap waktu dan keadaan. Ia senantiasa tampak mempesona bagi siapa pun yang melihatnya. Bahkan dalam riwayat dikatakan bahwa saking bersihnya keringatnya harum semerbak kasturi. Subhanallah, Maha suci Allah yang mengutus beliau.
Sebagai sosok yang ditauladani dalam segala hal, ia selalu tampil di depan memberikan contoh secara langsung. Ia adalah penganjur segala kebaikan sekaligus pelaku segala kebaikan itu sendiri. Salah satu wujud kecintaanya kepada kebersihan, ia selalu menjaga wudhunya sebagai implikasi dari pentingnya kebersihan. Bersih yang paling tinggi adalah bersuci dari segala hadats kecil dan besar. Sebagai penganjur kebersihan, ia tidak saja memerintahkannya melainkan ialah yang terlebih dahulu mengamalkannya. Ia berkata maka ia berbuat. Apa yang dikatakannya itulah laku dan perbuatannya. Ia menganjurkan ummatnya hidup bersih, maka ia menjadi tauladannya. Dalam islam, kebersihan adalah sebagian daripada iman. Ini merupakan anjuran Rasulullah SAW.
Perlu digarisbawahi bahwa secara social, kebersihan merupakan cerminan dari perilaku disiplin. Hidup bersih dalam konteks kehidupan manusia sebagai mahluk social memberi makna penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain. Hidup bersih menciptakan kenyamanan bagi diri sendiri. Suasana nyaman dan tenteram memberikan rasa gembira. Bukankah kebahagiaan itu telah menjadikan manusia menikmati kehidupannya? Suasana kebahagiaan seperti ini turut memberi andil yang amat penting bagi kesehatan manusia yang pada jangka panjangnya memperpanjang usianya.
Kaitannya dengan kehidupan sosial, kebersihan merupakan bentuk kepedulian sesama orang lain. Kehidupan yang bersih memberikan efek yang baik bagi lingkungan tidak saja terbatas pada manusia melainkan juga terhadap hewan dan tumbuhan di sekitar kita. Contoh, bila kita hidup bersih, tetangga senang untuk bertamu di rumah kita. Mereka tidak akan merasa jijik untuk duduk atau sekedar memakan hidangan ala kadarnya yang kita suguhkan. Bahkan banyak contoh yang dapat kita ambil dalam kehidupan manusia berkenaan dengan lingkungan sekitarnya. Demikian padi di sawah tidak akan tumbuh dengan baik atau tidak akan menghasilkan panen yang maksimal bila tidak disiangi atau dibersihkan sekitarnya. Pun halnya dengan kelapa sawit, ia tidak akan berbuah dengan teratur jika tidak dibersihkan di sekitar pohonnya atau atau pangkal pelepahnya. Inilah tamsilan hidup yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita manusia namun kebanyakan manusia lalai dari mengingat Allah. Demikianlah kehidupan yang bersih juga menciptakan silaturrahmi yang erat antar kehidupan bermasyarakat. Bukankah pernah Nabi SAW bersabda bahwa silaturrahmi memperpanjang usia?
Subhanallah, kehidupan yang bersih yang diperlihatkan dalam peradaban barat dewasa ini merupakan adopsi dari apa yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya seribu empat ratus tahun yang silam. Dahsyat bukan?
Mencermati apa yang dapat diperoleh dari kehidupan yang bersih, adalah suatu kenaifan bilamana kita tidak memiliki kepekaan terhadap kebersihan. Hidup bersih merefleksikan kehidupan yang penuh dengan kecintaan. Cinta terhadap kenyamanan adalah fitrah manusia. Cinta terhadap ketenteraman adalah juga fitrah manusia. Cinta kepada sesama juga adalah fitrah manusia. Adapun kealpaan dari kecintaan terhadap hal-hal tersebut adalah perilaku yang ditimbulkan oleh nafsu manusia yang tidak terkendali oleh HATI. Menghindari kehidupan yang bersih adalah penyimpangan terhadap kodratnya sebagai mahluk yang sempurna yang dibekali dengan akal, nafsu dan perasaan. Dapat dipertanyakan jika ada manusia yang tidak menyukai kebersihan. Bukankah akal manusia selalu mengkalkulasi sesuatu secara matematis. Bukankah perasaan manusia yang bersumber dari hati senantiasa merindukan kebersihan. Karena sesungguhnya hati manusia dibekali Nur Ilahia yang selalu mencari ketentraman. Hati manusia selalu jujur mengungkapkan apa yang dirasakannya. Refleksi kejujuran hati dapat terbaca lewat rona muka manusia. Gambaran senang atau sedih dan susah dapat secara kasat mata dilihat dari raut wajah seseorang. Subhanallah, maka nafsu harus dapat dikendalikan agar menjadi nafsu muthmainnah yang tunduk pada hati dan akal sehat. Bila ini dapat kita lakukan maka kehidupan yang bersih bukan lagi menjadi beban melainkan kenikmatan yang dirindukan. Wallahu a’lam.

Ruslin Tendri
SMKN 1 Galang
Tolitoli
Indonesia
PhD Student
Sussex University
Brighton
UK

No comments:

Post a Comment