Sunday 14 March 2010

"Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup"
(QS. 21:30)

Ayat ini merupakan ayat popular. Kerap dikutip orang
saat menyatakan betapa pentingnya eksistensi air.
Tidak satu pun makhluk hidup di dunia ini yang tidak
butuh air. Bahkan komponen terbesar dalam tubuh
manusia
dan banyak makhluk lainnya adalah air.

Air merupakan nikmat yang tiada ternilai. Proses
sebuah air hingga bisa dinikmati oleh manusia sering
digambarkan oleh Allah Swt dalam ayatNya dengan skema
yang tidak main-main. Negeri kering nan tandus,
kemudian Allah Swt kumpulkan debit air dalam sebuah
wadah terbang-bergerak bernama awan. Lalu awan
tersebut ditiup dan digiring menuju negeri yang Dia
Swt kehendaki. Maka atas izinNya hujan pun turun
membawa ribuan ton debit air. Membasahi bumi… lalu
setelah itu manusia menggunakannya untuk minum,
mencuci, mandi, masak dan lain-lain. Duh andai saja
manusia menyadari proses ini, pasti mereka wajib
bersyukur.

"Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu
minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan atau
Kamikah yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki,
niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu
tidak bersyukur?" (QS. 56 : 68-70)

Seorang raja bernama Harun Ar Rasyid sedang dalam
sebuah perjalanan melintasi sebuah gurun pasir
menunggangi unta. Bersamanya ada sebuah lelaki bijak
sang penasehat raja bernama Ibnu As Samak. Perjalanan
panjang di siang yang panas. Terik matahari membuat
dehidrasi dan sang khalifah pun kehausan. Pada satu
tempat yang teduh, Harun ar Rasyid menepi. Disuruhnya
As Samak untuk menggelar tikar dan membawa minuman
untuknya.

Ibnu Samak menggelar tikar untuk sang raja dan
menuangkan segelas air untuknya. Saat gelas sudah
terisi oleh air, lalu Ibnu As Samak berujar,
"Khalifah…, dalam kondisi panas dan tenggorokan
kehausan seperti ini, andaikata bila kau tidak
dapatkan air untuk minum kecuali dengan harus
mengeluarkan separuh kekayaanmu, sudikah engkau
membayar dan mengeluarkannya? !" Hari terik dan panas
mencekat kerongkongan, tanpa pikir panjang khalifah ar
Rasyid menjawab, "Saya bersedia membayarnya seharga
itu asal tidak mati kehausan!"

Maka usai mendengarnya, Ibnus Samak memberikan segelas
air itu dan khalifah pun tidak lagi kehausan.

Ibnu Samak lalu duduk di sisi khalifah Harun. Sejurus
kemudian Ibnu Samak melontarkan pertanyaan lagi,
"Khalifah, andai air segelas yang kau minum tadi tidak
keluar dari lambungmu selama beberapa hari tentulah
amat sakit rasanya. Perut jadi gak keruan dan semua
urusan jadi berantakan karenanya. Andai kata bila kau
berobat demi mengeluarkan air itu dan harus
menghabiskan separuh kekayaanmu lagi, akankah kau sudi
membayarnya? " Mendengar itu, sang khalifah merenungi
kondisi yang disebut oleh Ibnus Samak. Seolah
mengamini maka khalifah menjawab, "Saya akan
membayarnya meski dengan separuh harta saya!"

Mendengar jawaban dari sang khalifah, maka Ibnus Samak
sang penasehat raja yang bijak kemudian berkomentar,
"O…., kalau begitu seluruh harta yang tuan khalifah
miliki itu rupanya hanya senilai segelas air saja!"

Saudaraku…,

Ramadhan sebentar lagi akan kita jelang. Di sana
selama beberapa hari Anda akan merasakan betapa
segelas air akan menjadi tiada ternilai harganya.
Setelah menahan haus dan lapar sehari penuh. Saat
waktu ifthar menjelang, maka segelas air putih pun
akan menjadi sesuatu yang bermakna. Saat air membasahi
tenggorokan yang kering dan kehausan, maka Anda pun
akan bersyukur kepada Allah Swt dengan suara lantang
dengan lantunan doa:

Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa alaa rizqika
afthartu birahmatika yaa Arhamar Rahimin.

Di bulan ramadhan segala nikmat menjadi indah terasa,
demikian juga nikmat seteguk air. Alangkah bagusnya
bila ini terus berlangsung sepanjang masa.

Puji syukur untukMu ya Rabb!

Wasalam,

Bobby Herwibowo
Dikutip dari Herwibowo, Bobby (member of Milis Sulteng): 11/8/08

No comments:

Post a Comment