Sunday 14 March 2010

The Rocky Road to Sussex

Kronologis Menuju Sussex University, Brighton UK



Assalamu alaikum,

Awalnya, teman saya bernama Pak Irfan Paputungan dan Pak Syaifuddin Ali browsing di internet, siang itu pukul 2 kurang hampir jam pulang sekolah. Kebetulan waktu itu internet di SMK 1 Galang masih baru dan connect. Hari itu tanggal 11 februari 2007 kalau saya tidak salah ingat. Tiba-tiba mereka memanggil saya untuk melihat tawaran beasiswa Luar Negeri dari Depkominfo. Dengan antusias saya sambut panggilannya dan saya tinggalkan pekerjaan. Setelah kami baca dengan seksama, ketika sampai pada persyaratan yang berkenaan dengan umur, saya sempat berpikir karena batas usia untuk S2 35 thn dan belum melihat kalau S3 40 thn. Teman saya Pak Syaifuddin telah berusia 39 thn sedangkan saya 38 sehingga kami berpikir tidak masuk kategori. Sejurus kemudian saya baru sadar bahwa saya masih layak mengingat saya telah mengantongi ijazah S2. Tetapi kemudian saya pertimbangkan lagi karena S2 saya dalam negeri.

Tetapi sampai di rumah saya berfikir tidak ada salahnya mencoba, ah, nothing to lose. Padahal sejak kami melihat pengumuman itu, 11/2, tinggal 4 hari lagi penutupan karena mereka menetapkan bahwa dokumen pelamar paling lambat diterima tanggal 15 cap pos. Jadi saya berkesimpulan bahwa sekalipun saya kirim tanggal 15 Februari tidak akan menjadi persoalan.

Singkat cerita saya kebut mengurus dokumen dalam waktu dua hari termasuk membuat proposal penelitian yang menjadi persyaratan utama. Tepat tanggal 14 februari 2007 saya mengirm dokumen itu dengan pikiran lepas tapi berharap. Beruntung bagi saya karena semua dokumen(Ijazah dan transkrip) saya telah legalisir dalam jumlah yang cukup banyak. Juga persyaratan utama lainnya adalah Dokumen/sertifikat Tes of English, lagi- lagi beruntung karena saya sempat mengikuti tes bahasa yang diselenggarakan oleh English Testing Service (ETS) Jakarta di Cianjur pada saat saya mengikuti diklat guru kejuruan bahasa inggris 25 oktober 2005 dan masih valid dalam 2 tahun karena termasuk International approved.

Saya setelah itu menunggu dalam waktu yang cukup lama sambil berharap-harap cemas. Beberapa kali saja saya kunjungi website depkominfo karena internet di sekolah lebih banyak ngadatnya daripada beroperasinya. Sekitar minggu pertama April saya mengunjungi web itu dan saya dapatkan pengumuman penerima beasiswa depkominfo yang ternyata nama saya tidak tercantum di sana.

Tetapi ketika saya setiap kali ingin melupakan itu, selalu saja ada bisikan bahwa anda lulus. Akhirnya saya kunjungi lagi web itu sekitar tanggal 5 atau 6 april 2007 seingat saya. Namun belum juga diumumkan. Tetapi pucuk dicinta ulam pun tiba. Hari itu, malam Kamis sekitar pukul 10 saya mendapat SMS dari Executive officer depkominfo bahwa saya dinyatakan lulus Tahap pertama dan berhak untuk mengikuti seleksi wawancara yang akan diselenggarakan tanggal 14 April 07 wilayah 4 makasar. Kalau tidak mengirimkan konfirmasi via email dalam 1 kali 24 jam saya dianggap tidak berkeinginan dan akan didiskualifikasi sebab ternyata sudah diumumkan hampir seminggu.

Ternyata telah diumumkan tanggal 3 April, hanya karena saya tidak membuka attachment untuk program beasiswa luar negeri. Yang saya lihat adalah pengumuman untuk beasiswa dalam negeri saja. SMS itu saya balas bahwa besok pagi saya usahakan untuk mengirim email dan saya katakan akan berbicara kepada pengirim sms tersebut yang belakangan saya kenal bernama Pak Irfan Sudrajat besok pagi. Namun dia malah menantang saya untuk bicara pada malam itu di sms balasannya. Sementara kredit saya tinggal sedikit sekali tidak cukup buat bicara persoalan sepenting itu. Bisa dibayangkan di Ginunggung jam 10 malam, masih adakah yang menjual voucer, batin saya. Tetapi saya katakan kepada istri saya, ini salah satu momen yang teramat penting dalam hidup saya dan keluarga. Akhirnya saya keluar mencari voucer, Alhamdulillah saya dapat. Sampai dirumah saya menelpon Pak Irfan. Alhamdulillah, orangnya sangat ramah dan helpful. Dia katakan lewat telpon bahwa dia menilai saya sangat passionate atau bersemangat sehingga dia ingin membantu saya. Sekali lagi Tangan Allah berperan dalam hal ini karena kenapa mesti berbaik hati untuk mengirim berita kelulusan saya via SMS pada malam hari.


Singkatnya, saya berangkat ke Makasar tanggal 12 april 2007. Di Bandara Mutiara saya bertemu dengan seorang cewek yang juga teman satu kampung di Dolo, Palu. Sejurus kemudian, ternyata setelah berbicara tentang tujuan masing-masing, malah satu perjuangan dalam beasiswa tersebut. Namanya Fadillah ia lulus pada program Master pada University of de Hague Belanda. Bulan depan ia mulai belajar di uni itu. Jadilah kami berdua utusan Sulteng yang kebetulan dalam Program ini. Kami menginap di asrama II Tolitoli di Makasar waktu itu masih diketuai oleh Cung (Syamsul UMI). Setelah wawancara tanggal 14 april 2007, kami langsung pulang ke Palu. Alhamdulillah, kembali saya bersyukur kepada Allah karena di penghujung wawancara saya diberi kartu nama oleh Staf khusus Menkominfo yang mewawancarai saya fase ke dua dan dia minta kepada saya segera mengirimkan proposal saya khusus ke email pribadinya. Lagi-lagi jalan terbuka bagi saya. Maka sejak saat itu saya optimis dengan tangan Allah bahwa saya lulus dalam tahapan itu.


Sebulan setengah kemudian yaitu minggu ke 3 Mei 2007, saya mendapatkan SMS lagi dari Pak Irfan sebelum pengumuman resmi bahwa saya telah dinyatakan lulus wawancara sehingga berhak untuk tahapan berikutnya yaitu diklat bahasa dan Tes IELTS(International English Language Testing Service/System). Tahapan ini sesungguhnya bukan lagi persoalan lulus atau tidak lulus dalam IELTS. Melainkan layak atau tidak layak band score IELTS kita untuk diterima university di luar negeri yang saat itu diberikan kesempatan untuk (Belanda, Swedia, dan Australia).

Pada saat itu saya sedari awal melirik Eropa sebagai tujuan saya dan akhirnya Belanda menjadi pilhan saya. Singkat cerita pada minggu ke 4 saya berangkat ke Jakarta ke IALF (Foundation milik Indonesia Australia). Karena akomodasi tidak ditanggung Depkominfo selama 3 minngu diklat bahasa, maka saya dan teman lainnya mencari kos-kosan terdekat. Saya tinggal di kompleks pedurenan masjid Jakarta Timur hampir sebulan dengan segala kesederhanaannya pakai biaya sendiri pula. Tapi Alhamdulillah tidak melunturkan semangat juang yang saya miliki.

Kami mengikuti tes tanggal 15 dan 16 juni 2007. Setelah tes, hari itu juga saya dan kawan-kawan lainnya bergelontoran pulang mengingat biaya hidup di jakarta sangat tidak bersahabat. Sampai tahapan ini untuk urusan beasiswa dianggap telah selesai dan kita telah mendapatkan hak untuk itu. Namun proses beasiswa hanya dapat dilakukan jika kita telah memiliki surat penerimaan dari University pilihan kita di negara tujuan. Pada saat itu bahkan saya belum memulai kontak sama sekali ke universitas pilhan saya. Kontak baru saya mulai sejak kepulangan saya dari diklat bahasa. Informasi lain bahwa saya juga mengikuti tes TOEFL di balai bahasa UNTAD pada tanggal 2 mei sebelum ke Jakarta mengikuti diklat IELTS.

Hampir sebulan menanti hasil tes adalah waktu yang sangat melelahkan sekaligus mendebarkan karena sejuta impian anak manusia bernama RUSLIN ber asa dengan hasil tes tersebut. Sekali lagi saya berucap Alhamdulillah sebab walaupun hasil IELTS belum mencukupi target yakni harus minimal 6.5 tapi yang pasti bahwa nilai total 6.0 sudah menggembirakan saya mengingat itu kali pertama saya ikut tes dengan modal diklat 12 hari per hanya 4 jam sehari. Jadi lumayanlah walaupun masih harus berjuang untuk mendapatkan surat pengakuan universitas. Setelah berkali-kali saya mencoba mengirimkan proposal saya ke universitas Groningen Belanda dan beberapa universitas lainnya juga di Belanda, tak kunjung ada respon. Ditambah lagi internet sekolah lebih banyak macetnya daripada aktifnya, praktis saya pesimis juga.

Sekitar minggu kedua Juli 07, saya dapat kabar via SMS dari Pak Irfan bahwa yang belum mendapatkan Surat penerimaan dari university dari Belanda diberikan opsi ke university di Inggris. Sejak itulah arah saya ke Inggris. Alhamdulillah kontak pertama dengan University of Sussex langsung dibalas hanya dengan hitungan menit. Sampai saya mendapatkan kiriman handbook of application. Kontak saya lancar sampai pada tanggal 15 November 2007 saya mendapatkan surat pengakuan bersyarat artinya saya harus mencukupkan score IELTS paling tidak 6.5. Dalam Surat penerimaan bersyarat itu tercantum tanggal perkuliahan dimulai tanggal 30 Juni 2008. Jadi praktis saya mendapatkan kelonggaran untuk mendapatkan skor yang dipersyaratkan itu. Oleh karena itu surat bersyarat ini saya iakan karena proposal saya sebagai syarat utama telah diterima di dewan supervisor di Department of Educational Study di Sussex. Sambil terus saya menjaga kontak dengan pihak university via email.

Perlu saya sampaikan bahwa untuk memperjuangkan cita-cita saya, saya memboyong keluarga ke Palu sejak akhir bulan Juli 2007. Hal ini saya lakukan mengingat Internet service di tolitoli sering macet-macet baik di Telkom kota maupun di sekolah padahal semua dokumen saya harus dikirim via internet. Untuk mengisi kekosongan saya selaku PNS sambil terus berjuang lewat dunia maya, saya mengajar sambilan/honor di SMA Negeri 2 Palu kurang lebih 1 semester.

Dalam proses selanjutnya saya sempat ke Makassar lagi pada bulan Pebruari sampai dengan akhir Maret 2008 untuk mengikuti kursus IELTS di ELC atau IDP Makassar. Tapi hasilnya kurang memuaskan karena pengajarnya masih orang Indonesia bukan sebagaimana di IALF jakarta disajikan oleh Native Teacher. Walaupun demikian sangat berharga karena selama di Makassar saya lebih aktif berkomunikasi dengan University of Sussex. Sambil menunggu panggilan tak bersyarat dari sussex, saya melalui bantuan IDP Makassar, membuat aplikasi ke empat universitas di Australia.

Akhirnya, komunikasi yang lancar dengan universitas Sussex sampai pada titik terang bahwa tawaran bersyarat itu dapat dipenuhi menjadi bersyarat yang lain oleh Sussex supervisors bila saya siap mengikuti kursus 2 minggu sebelum kuliah inti tanggal 30 Juni 2008. Waktu itu 10 April 2008. Secepat itu juga saya jawab dan saya cc ke tim pengembangan SDM depkominfo yang menangani beasiswa. Tim pengembangan SDM membalas surat saya dengan syarat pula bahwa Kursus itu tidak mengikat dengan arti bahwa pihak University tidak akan menyepak saya kembali ke Indonesia ketika saya belum mencapai skor syarat itu. Saya mengontak university lagi sampai menunggu kurang lebih 2 minggu jawaban yang pasti. Alhamdulillah, hari itu Jum'at minggu pertama Mei 2008 setelah saya menunaikan shalat ashar berjamaah di masjid, saya mendapatkan surat panggilan tak bersyarat itu dari kantor pos. Alhamdulillah saya sujud syukur atas segala kehendak Allah atas saya.

Selanjutnya, saya tinggal berkomunikasi secara intensif dengan depkominfo sampai saya tinggalkan Palu pada tanggal 2 Juni lalu. Sampai di Jakarta permasalahan lain yang saya selesaikan sendiri adalah pengurusan Visa ke Inggris. Karena belum berpengalaman saya butuh waktu 1 minggu padahal yang lain selesai hanya dalam 3 hari. Yang sedikit menghambat proses Visa saya adalah mungkin penampilan saya yang berjenggot sehingga kedutaan mungkin harus buka membuka file sekitar terorism. Mungkin ya, batin saya saat itu, karena bertepatan pula dengan demo akbar atas ahmadiyyah sedangkan Inggris adalah negerinya Ahmadiyyah berlindung. Alhamdulillah, saya dapat berangkat pada tanggal 12 Juni 2008.

Catatan :

  1. Karena saya mengambil program doktoral, ada syarat tambahan yakni rekomendasi dari kedua supervisor saya ketika program master di Malang. Ini juga hal yang sangat menjadi pertimbangan untuk program doktoral.

  2. Semua biaya yang keluar dari proses awal sampai akhir berasal dari kocek idola sendiri (kantong pribadi) kecuali uang pengembalian seadanya saat diklat bahasa.

Jadi semua proses yang cukup melelahkan bagi saya ini dan belum selesai bahkan baru dimulai dengan babakan baru yang jauh lebih menantang menjadikan diri saya mencoba memaknai kehidupan yang telah digariskan oleh Allah. Hanya ada satu kata 'Optimis' walaupun sebagai manusia biasa terkadang saya merasa dihinggapi rasa pesimis. Bukankah Allah katakan bahwa “Aku mengikuti sangkaan hambaKu”. Dan itulah yang coba saya pegang brother.

Inilah perjalanan saya semoga dapat memberikan inspirasi bagi saudaraku yang lainnya khususnya di Tolitoli. Kalau ada yang kurang berkenan itulah sisi manusia yang saya miliki.

Wassalam

By


Ruslin Tendri

Guru SMK Negeri 1 Galang

Tolitoli

No comments:

Post a Comment