Sunday 14 March 2010

Sekolah Kejuruan

“Saya juga dulu sekolahnya di SMK”, ucap seorang manajer atau direktur sebuah instansi pemerintahan populer di bidang telekomunikasi, mengakhiri sebuah iklan dari pemerintah mengenai program pendidikan dengan ketrampilan yang diselenggarakan sekolah kejuruan (SMK).

Pemerintah dan Sekolah Kejuruan
Ingat iklan di televisi yang dikutip diatas? Memang pemerintah saat ini mendukung sekolah kejuruan atau vokasi (vocational school). Jika kamu sekolah di SMK, sekarang jangan lagi minder. Sebaliknya, kalau pun bukan berasal dari SMK, alias SMA atau malah Madrasah dan Pesantren, yok sama-sama berkaca pada diri sendiri apakah punya bekal berupa ketrampilan (lifeskill) yang cukup untuk masa depan, dengan jerih payah sendiri, tidak merepotkan orang tua? Tapi Ironis memang, kebanyakan sekolah kejuruan justru kekurangan sarana dan prasarana untuk mendukung visi dan misi sekolahnya. Kadang kendala ini sedikit-banyak mempengaruhi kualitas alumninya. Belum lagi masalah biaya. Sudah menjadi prinsip ekonomi dimana fasilitas yang bagus memerlukan biaya yang tidak sedikit. Nah, jika dibebankan semua ke siswa, berapa besar bayaran yang harus disetor ke sekolah? Begitulah, akhirnya mau tidak mau, sekolah kejuruan berkompromi dengan tingkat kualitas. Terutama sekolah swasta yang notabene sangat bergantung kepada yayasan pendirinya.
Disisi lain, pemerintah juga terkesan kurang serius mengelola sistem dan kurikulum pendidikan nasional, setengah hati dalam memberikan yang terbaik. Negeri maupun swasta, dua-duanya merasa kurang perhatian. Kebijakan berubah-ubah seiring pergantian pemerintahan.
Proyeksi 2020 : Kompetensi Bidang TI
Namun stop mengeluh! Keluhan selalu kita alamatkan ke Pemerintah mengenai kurangnya perhatian dalam membangun pendidikan yang berkurikulum teknologi jangan sampai membuat putus asa. Sekarang kondisinya (mulai) membaik. SMK dewasa ini sudah ada jurusan teknologi komputer dan jaringan, mulai dirajut slogan bahwa pendidikan vokasi (pendidikan keahlian) yang didapatkan di bangku sekolah merupakan bekal berharga dalam merajut masa depan yang cerah. SMK didorong pertumbuhannya, sementara SMA dikurangi, bahkan di beberapa daerah di stop demi merangsang pertumbuhan Sekolah kejuruan yang lebih masif lagi.
Diproyeksikan Sekolah kejuruan menjadi inkubator bagi SDM-SDM terampil untuk siap pakai. Berbeda halnya dengan SMA yang lulusannya disiapkan untuk mengikuti jenjang perguruan tinggi. Ini ada beritanya loh. Menurut Dirjen Dikmenjur Depdiknas (Panjang banget kan hehe.. ) Pak Gatot Hari Priowirjanto (panjang juga namanya..) pemerintah sudah menganggarkan dana perangsang minimal Rp 100 juta untuk tiap kelompok sekolah kejuruan (5-7 sekolah) yang layak menerima bantuan untuk membuka program keahlian baru, utamanya bidang teknologi informasi. Oh, ternyata yang diperlukan adalah bidang TI!
Program Keahlian berdaya serap tinggi
Upaya tersebut sesuai dengan program reposisi pendidikan kejuruan hingga 2020, dimana jumlah program yang “jenuh” di kejuruan akan berangsur dikurangi. Misalnya program keahlian sekretaris, dari 2192 SMK pada tahun 2000 diproyeksikan menjadi 923 SMK pada tahun 2020. Sebaliknya, jumlah program keahlian yang dinilai prospektif dan berdaya serap pasar tinggi, seperti pertanian, pariwisata dan kelautan, serta teknologi informasi akan ditingkatkan. Hmm.. jadi kamu tinggal memilih sesuai keinginan, dan lulusnya kamu punya skill diatas rata-rata sebaya kamu. Tentunya di bidang yang digeluti ketika sekolah di SMK. Sekilas jelas kan? diantara beberapa program di atas, mana yang langsung bisa kamu pakai untuk bersaing di lapangan kerja.
Namun jika tidak ingin hanya bekerja sebagai tenaga magang maupun teknis dan klerikal tingkat bawah, alumi SMK harus bisa meng-upgrade diri sendiri. Sebab, untuk menapak karier dengan sukses memerlukan lebih dari skill yang sudah ada. Kompetensi harus ditingkatkan, gelar dan karier mau tidak mau menjadi dua mata rantai yang bertautan.

Peluang kerja TI
Lalu, keahlian apa yang memiliki prospek cerah? Dari beberapa paragraf sebelumnya jelas, Salah satunya dan yang paling utama adalah dibidang Teknologi Informasi (dan Komunikasi). Selain membutuhkan pure kompetensi, artinya tidak sembarangan orang bisa berkarier dan berkarya di bidang tersebut –beda dengan marketing misalnya- memerlukan keahlian dan ketrampilan khusus, bidang TI memiliki perkembangan paling pesat saat ini. Betapa tidak, teknologi nirkabel (wireless), teknologi telekomunikasi (3G, 3.5G, Wimax dst) makin lama makin canggih. Lalu dibidang hardware, siapa yang bisa menjamin dalam dua atau tiga bulan ke depan Intel tidak mengeluarkan prosessor terbaru? Atau peluang besar di balik gencarnya penegakan HaKI dimana sofware-software bajakan mulai berkurang sehingga perusahaan banyak beralih sistem operasi komputer (migrasi) dan memerlukan SDM terampil untuk melaksanakannya. Perusahaan, dengan demikian juga membutuhkan solusi TI misalnya dengan software buatan anak negeri yang murah namun berkualitas.
Perlu data? Aizirman Djusan, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Departemen Komunikasi dan Informatika merilis informasi yang menakjubkan mengenai kebutuhan dan ketersediaan SDM di bidang TI di Indonesia seperti di tabel berikut :
Tahun 2004 2005 2006 2007 2008
Kebutuhan 24,6 juta orang 26,4 juta orang 28,2 juta orang 30,3 juta orang 32,6 juta orang
Ketersediaan 8,2 juta orang 10,7 juta orang 13,4 juta orang 16,4 juta orang 19,8 juta orang
Jml Penduduk 225,0 juta jiwa 236,2 juta jiwa 248,1 juta jiwa 260,5 juta jiwa 273,5 juta jiwa
(Sumber: Aizirman Djusan dalam Tata Sutabri, Peluang Kerja TI, www.kabarindonesia.com)
Lebih dari itu, selain mengalami kekurangan, ternyata sebagian SDM yang sudah mengisi pos-pos yang tersedia adalah berasal dari background pendidikan non-TI ! Wuih! Peluang besar bagi yang ingin menapak karier di bidang TI. Gaji yang menggiurkan di depan mata, sebab bidang TI menjanjikan range salary yang diatas rata-rata jenis pekerjaan lain. Selain itu, di bidang TI kamu bisa bekerja sekaligus berkarya. Bisa mendirikan perusahaan sendiri, bisa berbisnis dan bekerja di rumah, dan bisa memanfaatkan skill dan kompetensi untuk menghasilkan karya nyata.
Menambah kompetensi agar pede
Lalu, peluang seperti apa yang bisa dimanfaatkan? Padahal, biaya berkuliah dan mendapatkan ilmu di bidang teknologi informasi pasti tersangkut masalah klasik: biaya. Sudah pasti ilmu eksakta dan komputer membutuhkan praktik yang banyak sehingga menaikkan biaya penyelenggaraan pendidikan. Bagi kelas masyarakat menengah ke bawah, sulit untuk mendapatkan lembaga pendidikan dan perguruan tinggi yang “merakyat”. Kalaupun ada, kualitasnya dipertanyakan. Padahal pendidikan penting sekali untuk mencapai karier dan masa depan yang cerah.
Berbahagialah jika kamu termasuk yang sejak SMK mendapatkan ketrampilan. Jika tidak, perlu sekali untuk mendapatkan ketrampilan tersebut. Atau, jika sudah masuk jurusan Teknik, Komputer, dan Akuntansi di SMK, namun masih belum Pede, perlu dong menambah kepedean dan sekaligus menautkan embel-embel kompetensi di diri agar kamu nantinya bisa leluasa memilih. Bisa bekerja, berwirausaha maupun ke jenjang perguruan tinggi selanjutnya dengan usaha, kemauan, dan bahkan biaya sendiri!
Mencari Ilmu TI secara optimal
Jika demikian masalahnya, perlu dipikirkan strategi mendapatkan ilmu di bidang IT. Carilah informasi lembaga pendidikan dengan range biaya tidak mahal-tapi juga tidak murah dan mengorbankan kualitas. Misalnya cari antara Rp.5 - Rp.10 juta pertahun (bukan persemester!). Kedua, selain biaya terjangkau, dapat diselesaikan dengan cepat, tidak menyita waktu. Apa perlu hingga lima tahun atau hanya perlu satu tahun dan dua tahun dahulu, setelah bekerja baru melanjutkan? Atau jika kamu punya masalah keuangan, apa ada jaminan setelah lulus, uang kamu “tidak sia-sia” di investasikan? Perlu banyak dipikirkan mengenai masalah ini. Lalu, ketika masa pendidikan nanti, apa yang kamu peroleh. Kalau bisa, kamu yang sudah bekerja dan berkegiatan lain misal wirausaha dapat mengambil kelas di sesi waktu khusus (kelas karyawan). Jika tidak begini, bagaimana kita dapat mengambil manfaat ilmu teknologi informasi yang berharga?
Cari lembaga dengan kadar kualitas, kualifikasi dan kompetensi penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan terpercaya. Yang memberikan kurikulum dan fasilitas terbaik. Lalu yang memiliki jalinan kerjasama dengan perguruan tinggi terakreditasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Kamu tentu tidak mau berpuas diri dengan mendapatkan pengetahuan yang jumlahnya “sedikit” sedangkan belajar itu adalah “seumur hidup” kan? Apalagi jika berguna untuk mencapai masa depan yang lebih cerah. Iya kan?

Kompetensi versus biaya
Kompetensi itu penting, namun gelar yang dicapai juga menentukan posisi kamu diperusahaan tempat bekerja. Selain itu, standard kompetensi perlu juga loh di ukur oleh sertifikasi baik nasional maupun internasional. Selanjutnya, targetnya adalah sertifikasi alias “pengakuan” atas skill dan kompetensi kita. Jadi, tidak ada kata STOP untuk belajar. Kata pepatah, Tuntutlah ilmu sampai ke liang lahat. Atau kata Rasulullah, sampai ke negeri Cina. Setuju ya?
Namun yang kamu perlu ingat, belajar perlu biaya. Pendidikan formal -sayangnya- masih berpanglimakan uang. Cari yang sesuai untuk kamu, dengan manfaat semaksimal mungkin yang bisa dicapai. Kadar maksimal dapat kamu dapatkan pada kurikulum tdi sebuah perguruan tinggi. Silakan cari, lihat, pelajari dan bandingkan.
Lifeskill dan Kesuksesan
Perkuliahan dengan teori saja tidak akan sama hasilnya dengan mempraktikannya. Beri perhatian penuh terhadap kurilum sebuah insitusi pendidikan. Kurikulum yang baik merupakan jalinan mata rantai dalam menciptakan kompetensi pribadi Anda. Cari lembaga atau perguruan tinggi yang menawarkan kurikulum terbaik dalam sistem pendidikannya. Ini akan menentukan kamu lulus dengan bekal (lifeskill) yang bisa membuat kamu bersaing dan memenangkan persaingan di dunia kerja dan usaha.
Selain pengajar berkualitas, fasilitas memadai, lingkungan yang kondusif, beberapa sudut pandang lain perlu dipertimbangkan. Misalnya lifeskill yang diberikan oleh perguruan tinggi semisal kewirausahaan, pengembangan diri dan kepribadian, ekstrakurikuler, kurikulum agama yang menjaga ruhiyah kamu, teman-teman yang menyenangkan, dan seterusnya. Aspek psikologis perlu pula mendapatkan perhatian, jangan sampai kamu tidak kerasan dalam belajar, walaupun se-sempurna mungkin kurikulum dan fasilitas yang kamu dapatkan.
Tips terakhir, jangan segan bertanya kepada rekan-rekan yang “sukses” dengan biaya yang minimum sehingga tidak memberatkan siapa saja. Success is our right, jadi dimana ada kemauan di situ ada jalan. Selamat mencari pengetahuan, Semoga kamu menjadi bagian dari dunia TI yang selalu berkembang pesat, yang selalu membutuhkan jiwa-jiwa muda dan potensial sebagai roda penggeraknya sekaligus mendulang kesuksesan pribadi. Kesuksesan materi dan imateri, duniawi dan moral-spiritual!

http://unggulo.wordpress.com/2007/06/06/sekolah-kejuruan-dan-kompetensi-ti/

No comments:

Post a Comment